Tanggung jawab terhadap stakeholder internal/eksternal

Shareholders
Secara umum berarti pemegang saham dalam sebuah perusahaan, entah yg minoritas / mayoritas, biasanya berada di luar perusahaan.
Stakeholders
Perusahaan berdiri dan berkembang di dalam masyarakat tentunya dalam perkembangan tersebut tidak hanya mulus dan tanpa adanya masalah dalam keseharian berjalannya perusahaan. Terkadang timbul tekanan – tekanan baik dari luar perusahaan ataupun dari dalam perusahaan. Tekanan ini sifatnya tidak selalu buruk, terkadang tekanan justru memberikan peluang bagi perusahaan untuk terus berkembang dan membesarkan perusahaan.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations “Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan”
Stakeholders ini secara umum bisa di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang di dalam perusahaan atau di sebut internal stakeholders dan yang berada di luar perusahaan yang di sebut external stakeholder.
Stakeholders Internal
Stakeholders External
1. Pemegang saham
1. Konsumen
2. Manajemen dan Top Executive
2. Penyalur
3. Karyawan
3. Pemasok
4. Keluarga Karyawan
4. Bank

5. Pemerintah

6. Pesaing

7. Komunitas

8. Pers
Argumen bahwa perusahaan menempatkan kepentingan stakeholder diatas kepentingan shareholder bisa jadi benar, asalkan definisi dari stakeholder juga jelas. Sebenarnya pemegang saham adalah bagian dari stakeholder, bukan sesuatu yang terpisah. Namun shareholder adalah pemangku kepentingan utama. Karena apa? Karena pemegang saham menanamkan modalnya dalam perusahaan dimana sekaligus juga menanggung risiko kehilangan modalnya. Sedangkan pemangku kepentingan lainnya, tidak secara langsung memiliki keterkaitan dalam penyertaan modal perusahaan.
Shareholder Value Perspective
Shareholder Value Perspective menekankan profitabilitas di atas tanggungjawab (responsibilitas) dan melihat perusahaan sebagai alat bagi pemiliknya. Pendukung shareholder value percaya bahwa keberhasilan perusahaan bisa diukur dari harga saham, dividen dan economic profit, dan melihat manajemen stakeholder sebagai alat bukan tujuan itu sendiri. Pendukung Shareholder Value Persepective berpendapat bawah tanggungjawab sosial bukan urusan perusahaan dan klaim dari masyarakat akan paling baik dilayani oleh perusahaan- perusahaan bila mereka mengejar kepentingan sendiri dan efisiensi ekonomi. Filosofi shareholder value tidak menutup mata terhadap tuntutan oleh stakeholder lainnya terhadap perusahaan. Namun, menyadari bahwa perhatian ke stakeholder lainnya penting bukan berarti tujuan perusahaan adalah melayani mereka. Tujuan perusahaan yang paling utama adalah memaksimalkan shareholder value, dalam batasan diperbolehkan oleh hukum. Pendukung shareholder value perspective yakin bahwa masyarakat mendapatkan layaran terbaik oleh rational ekonomi. Tanggungjawab untuk lapangan kerja, komunitas lokal, lingkungan, dan pengembangan sosial bukan urusan perusahaan, tetapi lebih baik ditinggalkan untuk individu dan pemerintah. Dengan mengejar kepentingan sendiri dan memelihara hubungan berdasarkan pasar antara perusahaan dengan seluruh stakeholder, pengejaran nilai maksimal bagi pemegang saham akan menghasilkan kekayaan masyarakat dimaksimalkan.
Stakeholder Value Perspective
Stakeholder Value Perspective mengutamakan tanggung jawab di atas profitabilitas dan melihat organisasi terutama sebagai koalisi untuk melayani semua pihak yang terlibat. Pendukung Stakeholder Value percaya bahwa sukses suatu organisasi seharusnya diukur dengan kepuasan diantara seluruh stakeholder dan melihat manajemen stakeholder sebagai alat dan tujuan. Mereka percaya bahwa tanggungjawab sosial (social responsibility) adalah urusan perusahaan dan klaim masyarakat paling baik dilayani dengan mengejar kepentingan bersama dengan intensi meningkatkan kekayaan bersama. Pendukung perspektif ini menolak memberi pemegang saham klaim moral yang lebih tinggi pada organisasi daripada pemberi sumberdaya lainnya. Mengakui klaim moral oleh stakeholder lainnya (selain pemegang saham) berarti memasukkan nilai selain nilai keuangan ke dalam spektrum apa yang harus dikejar oleh organisasi.
Manajemen stakeholder bukan hanya instrumental dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham, namun normative. Karena memiliki karyawan yang bermotivasi tinggi dan membina kepercayaan tinggi dari seluruh pihak yang berhubungan dengan perusahaan, mengejar kepentingan bersama dari seluruh stakeholder tidak hanya lebih adil, namun juga memaksimalkan kekayaan masyarakat (social wealth).
Mensinergikan Kepentingan Shareholder dan Stakeholder
Sebenarnya tugas untuk menyeimbangkan ini seharusnya dilakukan oleh pemerintah atau regulator. Pemerintah atau regulator seharusnya mengatur keadaan sehingga perusahaan tidak beroperasi dalam lingkungan monopoli yang bisa menyebabkan maksimalisasi nilai perusahaan dengan kerugian pada masyarakat luas. Untuk itulah dibuat undang-undang anti monopoli.
Bila fungsi kontrol dari pemerintah berjalan dengan baik, perusahaan tidak akan mampu memaksimalkan nilai perusahaan (firm value) dengan mengorbankan kepentingan grup lainnya atau masyarakat luas. Tindakan perusahaan yang menyebabkan kerugian kepada grup lainnya harus dibayar perusahaan dengan membayar ganti rugi ke pihak yang dirugikan maupun melalui denda yang diterapkan pemerintah.
Selain kontrol dari pemerintah, perusahaan juga harus menjaga kepentingan dari stakeholder lainnya demi kelangsungan bisnisnya dalam jangka panjang. Bila perusahaan tidak memperhatikan kepentingan karyawan, mungkin karyawan tidak akan bekerja dengan sepenuh hati sehingga produktivitas perusahaan berkurang. Begitu juga pelanggan yang diperlakukan tidak adil mungkin tidak akan membeli produk perusahaan tersebut lagi.
Singkatnya, perusahaan yang memaksimalkan nilai tetap harus memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Tanpa perhatian kepada kepentingan stakeholder lainnya, bukan tidak mungkin kepentingan perusahaan dalam jangka panjang akan terganggu. Mengingat nilai perusahaan tergantung dari arus kas perusahaan dalam jangka panjang, terganggunya kepentingan perusahaan dalam jangka panjang akan mengurangi arus kas perusahaan dalam jangka panjang, sehingga akan mengurangi nilai perusahaan.
Apakah memang penting bagi perusahaan untuk memperhatikan kepentingan berbagai stakeholder? Tentu saja, karena perusahaan dapat menghasilkan keuntungan maksimal secara langgeng jika mendapatkan dukungan penuh dari seluruh stakeholder. Yang diperlukan adalah bagaimana mensinergikan kepentingan shareholder dengan kepentingan stakeholder lainnya, sehingga memberikan manfaat optimal bagi semua pihak. Namun tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan harus memikirkan kepentingan stakeholder lainnya diatas kepentingan pemegang saham.
Bagaimana kalau kepentingan stakeholder lainnya yang diutamakan diatas kepentingan shareholder? Coba bayangkan misalnya rumah dikelola dengan teori stakeholder yang mengutamakan kepentingan stakeholder lainnya diatas kepentingan pemilik rumah. Maka, halaman anda akan menjadi taman publik, juga garasi anda mungkin akan menjadi ruang serbaguna untuk karang taruna. Yang pasti kita akan kehilangan privacy. Itu sebabnya mengapa perusahaan harus dikelola sesuai tujuan didirikannya perusahaan sebagai perwujudan kepentingan pemegang saham.
Namun mengutamakan kepentingan pemegang saham tanpa mempertimbangkan kepentingan stakeholder yang mempunyai risiko (stake) dalam kelangsungan hidup perusahaan juga tidak sepenuhnya benar. Perusahaan umumnya sudah bukan dimiliki oleh individu, apalagi dengan model peningkatan modal melalui pasar modal. Perusahaan kini dimiliki oleh banyak pemegang saham, dan manajemennya diserahkan kepada profesional. Ditambah lagi ada saja pemegang saham yang menyertakan modalnya untuk tujuan spekulasi pasar. Pemegang saham jenis ini dipastikan tidak terlalu peduli dengan kebijakan perusahaan, karena belum tentu memiliki kepentingan yang sama untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Keterlibatan stakeholder dalam pengoperasian perusahaan juga bisa menimbulkan banyak gangguan terhadap proses manajemen, itu sebabnya perlu ada batasan keikutsertaan stakeholder dalam operasional perusahaan.
Jika pendekatan stakeholder diterapkan, maka model yang baik seharusnya dapat membantu mengatasi kompleksitas persoalan yang ada. Dalam pengelolaan perusahaan, pemegang saham perlu diberikan porsi perhatian yang cukup. Namun, menjadikan perusahaan warga negara yang baik juga merupakan hal penting bagi perusahaan maupun komunitas. Umumnya dalam jangka panjang akan membantu meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham.
Bagaimana kita mensinergikan kepentingan berbagai pihak? Tentu saja model tersebut perlu disesuaikan dengan sistem hukum, perbedaan kepentingan, karakter bisnis, kondisi lingkungan, serta kultur bangsa. Model tersebut harus tetap menjaga keberadaan pengendalian risiko dalam setiap proses bisnis juga mampu menangkap peluang bisnis. Kita perlu mendefinisikan apa sebenarnya kepentingan stakeholder, komponen didalamnya, serta bobot yang wajar dari setiap komponen. Dengan demikian kepentingan stakeholder bisa dipastikan dapat bersinergi dengan kepentingan pemegang saham.
Dalam melakukan sinergi, kepentingan berbagai pihak diselaraskan dengan tujuan perusahaan. Salah satu cara adalah dengan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi bagian integral strategi perusahaan. CSR disini memasukkan berbagai komponen tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholder dan juga tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.
*)dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Crows Zero Film geng sekolah

Kebangkitan ekonomi korea selatan

Facebook ngechat / kirim pesan sendiri, virus bahaya.