Sejarah Kota Palembang


Apakah yang timbul di benak Anda setelah mendengar kata “Palembang”? Kemungkinan besar sekali yang terlontar dari bibir adalah kota asal ‘kue’ ikan pempek dan Sungai Musi, yang sering kali dikonotasi secara negatif sebagai “WC terpanjang di dunia”. Atau, jika Anda biasa berbisnis atau malakukan kegiatan perdagangan, kota pelabuhan dan pusat komersial di Sumatera bagian Selatan. Ya, ketiganya jelas benar. Tapi, bagaimana apabila Anda ditanya mengenai wisata ke kota ini? Wah, yakin sekali kalau hampir semua akan mencari tempat lain yang lebih menyenangkan sebagai tempat pelesir, misalnya Bali, Jogja, Batam, Bandung, atau bahkan Bangka-Belitung. Warga kota Palembang sendiri berpikir, “nak ke mano bae di Plembang? Katek apo-apo di sini” (mau ke mana saja di Palembang, tidak ada apa-apa di sini). Hal ini bisa dimaklumi karena kota ini terletak jauh sekali dari laut maupun pegunungan, dibanding kota-kota dan tempat lain yang sudah disebutkan tadi. Hal ini juga membuat kota ini merupakan salah satu kota dengan temperatur rata-rata tertinggi di Indonesia, yang justru membuat kota ini awalnya dihindari oleh turis karena membosankan dan penat.

Namun, siapa sangka di balik semua kekurangannya ini kota Palembang merupakan permata tersembunyi, hidden jewel? Palembang sendiri merupakan warisan sejarah yang luar biasa. Palembang diperkirakan sudah berdiri sejak awal abad ke-7 dan telah melewati periode sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, era kolonial Belanda, sampai masa kemerdekaan Indonesia dan seterusnya. Kota ini pertama kali dicatat dalam sejarah sebagai ibukota Kerajaan Sriwijaya yang kesohor itu. Berdasarkan kronik Tiongkok, nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang. Kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang petualang dari Portugis menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.

Palembang muncul sebagai kesultanan pada tahun 1659 dengan Sri Susuhunan Abdurrahman sebagai raja pertamanya. Namun pada tahun 1823 kesultanan Palembang dihapus oleh pemerintah Hindia-Belanda setelah pemberontakan Raja Palembang Sultan Mahmud Badaruddin II. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Sebagai kota yang menjadi pusat perdagangan sejak zaman Sriwijaya, kota ini memiliki banyak warga keturunan pendatang dan asing. Selain penduduk asli Palembang dan Sumater Selatan lainnya, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari Jawa, Minangkabau, Madura, Bugis dan Banjar.Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah Tionghoa, Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan, 16 Ilir, Jalan Dempo, dan Segaran yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa serta Kampung Al Munawwar, Kampung Assegaf, Kampung Al Habsyi, Kuto Batu, 19 Ilir Kampung Jamalullail dan Kampung Alawiyyin Sungai Bayas 10 Ilir yang merupakan wilayah Komunitas Arab.

Pada tanggal 27 September 2005, Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai "Kota Wisata Air" seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Sejak saat itu, kota Palembang dikembangkan sebagai lokasi pariwisata, walaupun dengan handicap yang sudah dijelaskan sebelumnya dan belum optimalnya sarana maupun kemauan dari hampir semua pihak.

Komentar

Posting Komentar

Apa pendapatmu mengenai ini?

Postingan populer dari blog ini

Crows Zero Film geng sekolah

Kebangkitan ekonomi korea selatan

Facebook ngechat / kirim pesan sendiri, virus bahaya.